Proses pengomposan melibatkan penguraian bahan organik oleh mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Mereka memecah bahan menjadi nutrisi yang mudah diserap tanaman. Proses ini membutuhkan waktu sekitar beberapa minggu hingga bulan, bergantung pada bahan yang digunakan dan kondisi lingkungan.
Untuk memulai pengomposan, kumpulkan bahan-bahan organik seperti sisa sayuran, buah-buahan, potongan rumput, dan daun kering. Campurkan bahan-bahan “hijau” (kaya nitrogen) dan “coklat” (kaya karbon) dengan perbandingan 1:2.
Agar proses pengomposan berjalan optimal, diperlukan kondisi lingkungan yang mendukung. Pastikan tempat pengomposan memiliki drainase yang baik untuk mencegah genangan air. Campuran kompos juga perlu diaduk sesekali untuk memberikan aerasi yang cukup.
Kadar air yang ideal untuk pengomposan adalah sekitar 50-60%. Jika terlalu basah, akan menghambat aerasi dan memperlambat proses pengomposan. Sebaliknya, jika terlalu kering, mikroorganisme tidak dapat bekerja secara efektif.
Mikroorganisme pengomposan berkembang pada suhu hangat, sekitar 40-60 derajat Celcius. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menghambat aktivitasnya. Selama proses pengomposan, suhu tumpukan kompos akan meningkat saat mikroorganisme memecah bahan organik.
Pengomposan yang berhasil menghasilkan kompos yang berbau seperti tanah yang kaya. Warnanya kecokelatan atau kehitaman dan memiliki tekstur yang gembur. Kompos ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk alami untuk menyuburkan tanaman, baik di kebun maupun pot.
Setelah pupuk organik selesai dibuat, Anda dapat menggunakannya untuk menyuburkan tanaman di kebun atau halaman Anda. Layaknya seorang koki yang telah menanti hidangannya matang, saat inilah waktu yang tepat untuk memanjakan tanaman Anda dengan nutrisi alami buatan sendiri ini.